Jumat, 15 Maret 2013

Ikhlas Menerima Diri

            Saya seringkali harus menerima kenyataan betapa uniknya(kalau tidak mau dibilang aneh) cara saya menerima diri sendiri. Cara saya berdamai dengan keadaan yang harus saya “paksakan” untuk mengerti. Ini terkait dengan radiasi iklan yang mengatakan bahwa wanita ingin dimengerti, dan itulah yang saya fikir ikut berkontribusi dalam membuat saya berprilaku begini, mencoba mengerti diri sendiri. Karena saya yakin iklan itu bilang bahwa saya harus mengerti diri sendiri, karena saya wanita(???) . well, kalau tercium aroma keanehan dalam paragraf ini, ini hanya secuil cara saya ikhlas dan berdamai dengan keunikan(bacaaneh) sejenis ini. ^^


            Maka marilah kita meramu bait-bait kedepannya ini agar ia tetap berkorelasi dengan judul yang sudah saya pilih, maka ketika nanti ini agak-agak membelok, semoga saya bisa menyeretnya kembali kejalan yang benar, semoga saja. Ilmu saya masih sangat sedikit, apalagi ilmu agama, karena itulah saya merasa harus terus “sekolah” dan “belajar” dari mana saja, siapa saja, dan kapan saja, dan semoga Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu menguatkan hati hambanya ini, Amin.

            Ini tentang ikhlas. Sebagai bagian dari cara penerimaan diri, saya mencoba berdamai dengan cara saya memahami dan belajar sesuatu. Here we go !

            Tahu film Kiamat Sudah Dekat ?. iya, yang ada Deddy Mizwar, Andre Stinky, dan Zaskia Mecca dkk. Biasanya film ini tayang menjelang dan sedang bulan Ramadhan sekitar 3-4 tahun lalu. Ini salah satu tayangan TV yang saya sukai, banyak hikmah dalam hal-hal sederhana yang mengajari tanpa menggurui, menegur tanpa menyakiti, hal-hal semacam itu yang membuat hati “nyaman” menontonnya. Tapi bukan itu yang ingin saya bilang, ini ada kaitannya dengan ikhlas. Salah satu episode dari tayangan itu adalah ketika seorang anak muda(AS) yang ugal-ugalan, gaul, bernampilan urakan, borjuis, tapi minim pengetahuan agama menyukai seorang gadis(ZM) shalihah yang seorang anak Ustad terpandang dikampung itu.

            Anak muda itu merasa bahwa gadis itu beda dari gadis yang biasa dikenal dan didekati/mendekatinya. Gadis itu seringkali cuek dengan semua usaha pendekatan yang dlakukannya seperti yang pernah dilakukannya ketika menaklukkan gadis-gadis lain. Sampai akhirnya perjuangan mendekati itu mencapai tingkat serius. Pemuda itu ingin agar wanita itu(ZM) jadi istrinya. Itu soal pelik, dia bukan gadis biasa, anak Ustad yang pengetahuan agamanya tentu lebih dalam. Tiba-tiba anak muda itu merasa tak pantas, ah tapi, apalah hendak dikata kalau sudah urusan hati dan perasaan, perasaan minder kerana minimnya pengetahuan agama terkalahkan dengan sifatnya yang keras dan pantang menyerah ketika ingin mendapatkan sesuatu, terlebih ketika pemuda itu tahu, gadis itu sepertinya sedang didekati pemuda lain, hatinya makin kebat-kebit. Ia putuskan menjumpai ayah gadis idaman dengan berani, ingin mengutarakan yang sebenarnya, ingin “meminta” anaknya. Secara “legal” dan gentleman.

Bisa dibayangkan ? betapa beraninya pemuda ini. Ayah gadis itu(DM) tersenyum melihat apa yang dikatakan pemuda itu. Terlebih setelah sebelumnya beliau tahu bagaimana kerasnya usaha pemuda itu mendekati anaknya. Hah, berani sekali dia datang dan meminta anaknya. Namun ia tahu setidaknya anak muda itu berani. Singkatnya ia memberinya sebuah tantangan, pemuda itu harus belajar ilmu ikhlas, kata ayah gadis itu.”Ok, saya akan kembali setelah berhasil mempelajarinya” , kata pemuda itu mantap.

Bagaimana kita mendefinisikan ikhlas ? apakah ikhlas itu ? seperti apa cara mempelajarinya ? , ini adalah beberapa dari sekian banyak pertanyaan yang akhirnya membuat pemuda itu bingung sendiri. Ia terlalu cepat menjawab tantangan itu tanpa sebelumnya berfikir, ia lebih merasa bahwa ia tak boleh menyerah dengan mudah. Bingung, gelisah, begitulah. Sampai akhirnya ia memilih belajar dengan seorang anak kecil yang tiba-tiba dianggap teman yang bisa memahaminya, belajar dari keluarga anak kecil itu, hingga waktu yang ditentukan ayah gadis itu semakin mendekat. Pemuda itu cemas, kian cemas karena ia tahu gadis itu sungguh akan dinikahkan dengan pemuda lain jika tidak dengannya terlebih yang membuatnya khawatir adalah bahwa pemuda lain itu jelas lebih paham agama dari dia. Ini soal perasaan, soal hati. Pemuda itu terus berusaha mencari apa itu ikhlas, bagaimana ia bisa belajar tentang itu ? tetap bingung. Sampai akhirnya ketika batas waktu yang ditentukan ia tak juga merasa berhasil memahami apa itu ikhlas, ia memilih tetap menemui ayah gadis idamannya itu. Mengaku jujur tentang hasil belajarnya. Saat itu, dengan wajah nyaris putus asa dia bilang “saya tidak berhasil pak Ustad. Saya menyerah. Saya memutuskan menerima saja kalau ZM dinikahkan dengan orang lain yang lebih baik. Saya terima” ujarnya dengan kata-kata lemah ditambah menunduk. Berat nian hati mengakui hal semacam ini bukan ? . tapi hey ! ini tentang sebuah episode Happy Ending kawan !. bahwa kemudian, pak Ustad itu justru dengan tersenyum dalam penuh arti dan bilang :” kau telah berhasil ! justru kata-kata mu ini yang membuktikan bahwa kau telah belajar ilmu ikhlas itu” ~~~~
 dan kisah indah kadang berakhir dengan beberapa hal yang sama bukan ? tersenyum, tangis bahagia, dan juga bahagia yang membuncah didada^^.

            Itu sudah beberapa tahun yang lalu saya nontonnya jadi maaf jika ada yang menonton juga bagian ini tetiba jadi ada yang kurang sesuai. Ah, dalam sekali cara bagian episode itu mengajari saya. Saya terlonjak-lonjak gembira sendiri tanpa sebab didepan TV waktu itu. Saya hanya merasa bahagia bahwa ternyata masih saja ada pribadi2 yang cerdas dalam menyelipkan pesan kebaikan serupa ini.

            Tentang beauty and the beast. Si cantik dan si buruk rupa. Adalah sebuah film pendek yang mengangkat tema tentang bagaimana seorang pemuda baik hati tapi buruk rupa yang menyukai seorang gadis buta yang cantik rupa. Well secara kasat mata mereka tampak timpang. Tapi film ini tidak bicara tentang bagaimana dunia melihat keduanya, tapi hanya tentang mereka berdua yang jadi sorotan. Selama gadis itu buta, pemuda itulah yang mendampinginya. Dialah matanya, kakinya, tangannya, begitulah bahasa film membahasakannya. Pemuda itu selalu menyampaikan kabar baik, menggambarkan dunia ini dengan begitu indah dan sempurna, tidak ada satupun hal buruk tentang dunia yang ia biarkan gadis itu tahu. Semuanya sempurna, indah, dan menawan tentang dunia hingga gadis itu tak pernah merasa sedih atas kebutaannya. Sampai akhirnya, gadis itu bertanya, “bagaimana rupamu ?, aku ingin tahu” kata gadis itu. Dueng …(ini bukan suara dandang yang jatuh loh ya , hehe) , pemuda itu merasa kelu. Bisu. Kalau tentang dunia, bisalah ia me-reka, mengatakan segala hal indah tentang dunia, tapi soal tampangnya sendiri, bagaimalah ia bisa jujur ? kalau sampai gadis itu tahu ? apakah ia masih mau ditemani ? , sampai pada bagian ini, saya semakin yakin bahwa katakan kejujuran walau pahit dan jangan pernah memulai sesuatu dengan kebohongan itu benar sekali adanya. Pemuda itu salah jalan, memilih berbohong tentang rupanya sendiri, mengatakan bahwa ia begini dan begitu, sampai akhirnya dibayangan gadis buta itu, sungguh yang mendampinginya selama ini, pemuda baik hati itu adalah pemuda tampan rupawan.

            Cerita jadi semakin panjang, berbelit, dan penuh lika-liku, terlebih ketika akhirnya gadis itu medapatkan donor mata. Ia akan bisa melihat. Dan akhirnya ia benar2 bisa melihat. Dan ya, tertebak bahwa sungguh ia ingin melihat dan bertemu dengan pemuda baik hati yang selama ini membantunya, tapi sayangnya, pemuda itu memilih menjauh, menghindar, bahkan mengaku-ngaku akhirnya tak pernah menyukai gadis itu. Gadis itu terlanjur marah, sakit hati, tak mau ambil peduli meski justru karena sebuah kejadian yang lain membuatnya bertemu dengan pemuda lain yang benar-benar tampan yang tadinya justru gadis itu salah sangka bahwa pemuda itulah yang menolongnya selama ini, sampai akhirnya gadis itu tahu, dari cara pemuda itu bersikap, memperlakukannya, pemuda tampan itu bukan pemuda baik hati yang selama ini ingin ditemuinya. Hati tak bisa dibohongi. singkat cerita ketika gadis cantik yang tidak lagi buta itu sungguh marah karena merasa diabaikan pemuda baik hati yang justru menghindarinya(dengan alasan rupanya yang jelek) , ada film yang harus diakhiri bukan ? ada batasan waktu yang harus diikuti(haha), film ini diakhiri ketika akhirnya pemuda baik hati ini pasrah terhadap rupanya. Menerima bentuk wajahnya sendiri yang jelek(menurutnya, tapi tidak menurut saya(??)) memilih menemui gadis itu langsung. Mengakui kenapa selama ini ia menjauh. Happy ending, lagi-lagi. Ternyata pemuda baik hati ini tidak tahu satu hal, bahwa gadis buta yang sungguh ia sukai selama ini selain cantik ternyata sungguh baik hati. Ia tidak peduli tentang rupanya, yang ia tahu pemuda baik hati itulah yang ia sukai.~~

            Jujur saja ada bagian-bagian film yang membuat banyak rasa. Tersenyum, bahkan terpingkal ketika melihatnya, terlebih saat usaha pemuda buruk rupa itu memilih operasi wajah, memilih menghilangkan bekas luka masa kecilnya yang justru membuatnya kehilangan sebelah alisnya, haha.makin parah. tapi yang jelas, pesan sederhananya adalah, belajarlah menerima diri sendiri. Ikhlas menerima sebaik-baik bentuk diri, dan yang jauh lebih penting daripada sekedar mempermak tampilan luar adalah terus menerus mempercantik hati dan akhlak didalam diri, sesuatu yang lebih mendasar, lebih kekal. Ah, pada tahapan ini, betapa bersyukurnya saya memeluk agama indah ini yang mengajari dan menuntun pada hal-hal semacam ini. Alhamdulillah.

            Lalu tentang three idiots. Siapa yang tidak tahu film india yang luarbiasa ini ? ah, tak perlulah lagi membuat resensinya, namun yang ingin dikutip sebagai bahan belajar kita adalah ketika Ranchodas Chanchad mengatakan pada salah seorang temannya yang suka bahkan nyaris gila Fotografi justru memilih masuk universitas engineering karena paksaan keluarga dan ia selalu nelangsa dengan nilai-nilai belajarnya yang seadanya dan jauh dibawah Rancho temannya, hingga temannya bertanya kenapa bisa begitu ? Ranchodas Chanchad mengatakan :” ini karena aku memang mencintai mesin. Nah kau, kau mencintai fotografi tapi menikahi mesin” . dahsyat sekali efek perbincangan difilm ini bagi saya pribadi. Terlebih terkait dengan kalimat yang pernah dibaca : do what you love, love what you do. Cintai yang kau lakukan, lakukan yang kau cintai. Well,,, pesan dalam film ini banyak sekali kan ? tertawa, menangis dan segala rasa yang bercampur aduk setelah menontonya bahkan mendorong saya untuk pertama kalinya menuliskan note tentang film untuk pertama kalinya. Bagi saya, disana juga ada pesan tentang menerima diri sendiri bukan ? bahwa belum tentu apa yang kita lihat bagus dan baik bagi orang lain baik juga bagi kita. Setiap kita punya cara sendiri dalam belajar menerima diri sendiri. Terlebih tentang belajar ikhlas menerima kenyataan tentang mau jadi apakah kita sesuai dengan kecendrungan dan kesukaan juga potensi diri ? ^^

            Tak bisa dipungkiri bahwa saya juga kadang kebingungan memahami diri sendiri, hehe. Sampai akhirnya saya mencoba mengamalkan keihlasan dalam hal-hal kecil yang saya bisa. Well, amalkan saja apa yang sudah kita tahu sambil terus belajar yang lain bukan ?. terkait itu juga saya kadang mencoba berdamai dengan beberapa hal yang terjadi. Termasuk jika dikaitkan dengan cerita-cerita diatas tentang bagaimana seharusnya kita berdamai dan belajar menerima diri sendiri. Baik itu tentang kadar keilmuan, fisik, hingga passion, tentang sesuatu yang kita ingin jadi apa dan seperti apa.

            Dulu ketika SMU dan saya tergabung dalam sebuah Organisasi Pelajar, ada sebuah kegiatan yang mengundang seorang Trainer sekaligus yang belajar dan memahami ilmu psikologis dan membaca karakter dari tulisan, membuat saya akhirnya dibaca juga karakter dan salah satu kenyataannya bahwa beliau bilang  logika eksak saya kuat. Oh ya ??? jujur saja saya agak meragukannya sebenarnya, meski tanpa berniat menyanggah. Toh ini keraguan terhadap diri sendiri, bukan terhadap ilmu beliau.

            Entah ini disebut apa. Saya merasa kurang begitu bersemangat belajar eksak. Perasaan semacam..bahwa itu bukan passion, bukan sesuatu yang benar-benar kita sukai dan cintai dalam-dalam. Tapi juga bukan berarti mengabaikannya ketika ada bagian2 hidup(terutama pelajaran sekolah) mengaharuskan kita belajar tentangnya dan menyelesaikan soal-soal sejenis itu. Tapi lucunya, adik saya(SMP) justru bilang bahwa saya pintar matematika. Seringkali saya membantunya menyelesaikan PR dan latihan-latihannya yang membuatnya berkomentar, kakak jadi guru privat adek aja. Kalau adek SMP jadi guru di SMP aja, kalau ntar di SMU ikut jadi guru SMU aja, haha. Bahkan mengingat komentarnya ini saja berhasil membuat saya tertawa sendiri. Semoga bisa lebih baik dari yang dikau sangka dek ^^.

            Dan bentuk berdamai dan belajar menerima banyak hal yang terkait dengan segala hal antara kita dan diri sendiri, orang lain dengan kita, juga kita dan lingkungan adalah sebuah proses panjang tanpa kata sudah dan cukup.

            Bentuk berdamai dari hal sepele, sederhana, rumit, krusial, serius, hingga njelimet pun pernah dilalui. Tentang bagaimana cepatnya bereaksi ketika saya perkenalkan diri dengan nama Laila dan disambung Majnun oleh orang yang baru saya kenal lalu setelah saya bilang artinya majnun itu gila -_-, orang-orang seringkali tertawa, meski ada juga yang minta maaf atau sekedar berakhir oooh,,,, tentang penerimaan diri bahwa kenapa harus reflek menulis kata dodol sebagai pilihan untuk mengekspresikan kondisi diri ketika berlaku konyol dan sulit dibahasakan, berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum ketika ada saat-saat dimana merasa diserbu pertanyaan2 serius soal pekerjaan yang digeluti, rencana kedepan, dan berbagai hal lainnya, well, keep cool, calm, anda confident ^^, terlebih berdamai dengan kenyataan bagaimana mungkin bisa menulis terlalu banyak disatu waktu sementara dilain waktu bahkan satu parafagrafpun sulit, bahwa terkadang ketika membaca tulisan2 penulis lain sering merasa terkena radiasinya, membaca negeri 5 menara merasa kagum akan cara menulis Ahmad Fuadi, baca Laskar pelangi merasa tertarik dengan cara Andrea Hirata, membaca buku-bukunya Anis Matta suka akan caranya merajut kata, membaca buku-bukunya Tere Liye lalu jadi suka lagi, dan masih banyak lagi,,,bahkan juga membaca tulisan2 blogger lain kadang jatuh hati pada cara mereka berbagi dalam kata, sampai akhirnya berdamai, berusaha menerima kenyataan bahwa beginilah kita. Kita bukan mereka. Dan mereka bukan kita. Maka yang terbaik adalah menjadi sebaik-baik pribadi dari diri kita sendiri. Kita unik dengan cara kita sendiri.

            Teman-teman tahu Fadh Djibran ? tidak ? tahu ? well, saya juga kenal dari tulisannya sih, hehe. Nah Kalau kata Fadh Djibran dalam sebuah postingannya yang saya baca beberapa waktu lalu yang +- begini : “kita bukanlah siapa-siapa jika belum hidup dengan mewakili pikiran kita sendiri “ . Dan, akhirnya segala bentuk kegalauan, kadang gelisah, keresahan dalam proses menerima diri menjadi sebuah proses yang saya nikmati sendiri. Segala bentuk lika-likunya.

            Lalu darisanalah akhirnya benar-benar merenung serius tentang apa sesungguhnya potensi diri. tentang apa sesungguhnya yang paling ingin dikerjakan didunia ini. Apa yang ingin dicapai ? diperbuat ? dan berbagai hal-hal yang terkait passion, berbuat dan ikut berkarya dikancah kehidupan ini. Ketemu ? Alhamdulillah, saya sudah menemukannya. Dan ini adalah sesuatu yang memang harus diperjuangkan terus dan terus. Mohon do’anya semoga kita terus dalam kebaikan dan dikuatkan olehNya dalam memperjuangkan hal-hal yang ingin kita capai demi impian kita ^^.

            Pada akhirnya, cerita tentang ikhlas menerima diri, ikhlas dan berdamai dengan apapun potensi yang telah Allah anugrah pada kita adalah sesuatu yang seharusnya kita nikmati prosesnya, perjuangkan dengan gigihnya jalan prosesnya, dan syukur yang terus mengiringi. Memulangkan bagaimanapun hasil akhir usaha kita padaNya. Maka ketika segalanya sudah disandarkan padaNya, tak ada lagi kecewa,  galau, dan sejenis itu semua. Semoga kita terus bisa menikmati proses belajar di kancah kehidupan ini rekan-rekan. Dan ketika tulisan inipun akhirnya menjadi begitu panjang dari rencana awal yang memang tidak bisa saya gariskan, apa boleh buat, ini juga salah satu bentuk saya berdamai dan belajar menerima diri sendiri. Be your best self dear ^^

Pagi, ketika kehidupan jadi terasa lebih indah setelah mencuci dan menjemur^^.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar