Selasa, 14 Februari 2012

Memilih Teman = Memilih Sepatu ??

Kemarin itu saya beli sepatu. Oh bukan kemarin, kemarinnya lagi, lagi, lagi, dan lagi,… itu seharusnya, jika diibaratkan sekali baca “lagi” mewakili satu hari, maka untuk menggambarkan waktu tepatnya saya membeli sepatu, maka mulut kita akan berubah bentuk seolah stroke kecil, karena bisa lebih parah dari capek, letih, dkk, intinya : Pegal Jendral !, jadi saya singkat saja, kemarin itu saya beli sepatu, tepatnya beberapa bulan yang lalu, hm,, Tahun lalu, ya, karena tahun baru baru 2 bulan, jadi tahun lalu itu ya baru 2 bulan yang lalu yang artinya,,, lagi, lalu, lagi,,,, ( Plak !, berhenti sendiri atau mau dihentikan hm ?? * baiklah, saya berhenti sendiri ~_~” )



Suer saya ngak mau disambar petir bahwa ini tidak ada kaitannya dengan pengumuman beli sepatu baru, Ngak penting banget. Tapi,, jadi penting sekarang karena si sepatu itulah yang membuat saraf inspirasi saya kontak dan mengontakkan indra yang lain lalu kontak menyambung kemana2 hingga jadilah dia,, ini. ( tolonglah jangan mempertanyakan kenapa begini dibagian ini ! ).
Intinya, sepatu telah menginspirasi saya suatu hal sederhana yang amat penting bagi kita, hm, mungkin terkhususkan saat itu adalah saya pribadi. Begini,, Siapa yang ngak punya sepatu ? *acungkan sepatu ! :P, siapa yang paling sering beli sepatu ? *acungkan gantungan sepatu, dan siapa yang sering malas cuci sepatu ? * sepatunya ngak usah diacung, saya maklumi. Ah, kenapa pula ini jadi main2 sepatu, padahal bukan mau list sepatu atau ngitung jumlah sepatu, intinya, belajar sesuatu laila, FOKUS nak, FOKUS !.
Baiklah, Back to sepatu. Saya mulai serius sekarang, serius ini ya !. Ketika mencari sepatu itu, saya ditemani seorang sahabat, sekaligus kakak, sekaligus kawan curhat, atau apalah itu, intinya sepatu sekarang ini. Kami berputar-putar mengitari los-los penjual diseputaran kota,,, Hm, kita misalkan kota X saja. Di kota X itu, banyak sekali los-los yang berhimpitan toko-toko yang menjual segala macam barang, banyak deh pokoknya, termasuk banyak juga yang menjual sepatu. Setelah keliling-keliling, akhirnya dengan petunjuk sahabat saya itu yang sebelumnya juga pernah menemani kawannya beli sepatu ( beliau ini memang paling baik, bagi yang mau cari sepatu, ngak usah ajak beliau ya !  ), kita ke sebuah toko yang menjual sepatu, hm,,, sebuah sepatu yang sederhana tapi kelihatan manis menarik perhatian saya, dilihat, dipakai, dipaskan, lalu,, dibeli ? ngak ! ngak jadi, dengan berbagai pertimbangan, kita keluar, cari yang lain !.

Keliling keliling lagi, saya lupa berapa banyak toko yang saya singgahi setelah itu, mengepas setelah melihat sepatu2 yang ada disitu, bagus-bagus, warnanya bagus, bahannya bagus, sayang, hanya tak tertarik saja, seolah ada yang “tidak pas”, ketidak pas-an itu belum saya sadari sepenuhnya disebabkan oleh apa, apa karena belum makan ? ngak ada hubungannya !, hingga hampir satu jam kemudian, saya menyadari satu hal ; “ Saya dari tadi itu ternyata terus teringat-ingat pada sepatu yang tadi disana,, di toko yang ditunjukkan sahabat saya, yang tadinya saya tinggal, ngak jadi, tapi ternyata sedari tadi terus teringat-ingat, dan ternyata, semua sepatu yang saya lihat setelah itu tak mampu mempesona saya seperti sepatu yang tadi itu ! Akhirnya ?? saya kembali, menjemput cinta pertama, eh bukan, sepatu pertama !. ya, harusnya saya sadar dari tadi itu saya sudah “ love at the sight” sama itu sepatu, sayangnya tak menyadarinya dari tadi.

Hingga akhirnya menghirup udara segar setelah keluar dari jubelan los-los itu, sepanjang perjalanan saya mengingat satu hal ini, yang juga saya katakan pada sahabat saya itu : “ Memilih sepatu itu, ternyata juga seperti memilih sahabat yang cocok ya ! “, Mengapa ???
Begini,,, jujur saja, sepatu yang saya pilih itu bukanlah sepatu yang terlalu cantik, meski tidak bisa dikatakan jelek, bahkan beberapa orang memujinya kelihatan sederhana tapi manis,*halah !, tidak mahal tentunya, tidak bling-bling ( kata yang sering digunakan Pak Mario utk mengisyarakat sesuatu yang glamour, hehe, tidak kelihatan mewah apalagi, tidak ber-hak tinggi ( ini yang paling penting), tidak juga begitu,,,Ah, intinya tidak mewah dan terlihat sederhana, tapi satu hal yang membuat saya memilihnya adalah : Ketika digunakan, ia terasa nyaman dan Good Looking, itu !.

Itulah kenapa saya memilihnya. Hal ini, membuat saya berfikir bahwa ternyata bagi saya, hikmah membeli sepatu juga mengingatkan renungan saya tentang teman2 dan sahabat2 yang pernah saya punya dari dulu hingga kini. Memilih teman itu, persis separti memilih sepatu. Bisa jadi, kita akan dipertemukan dengan beragam macam teman, yang terlihat baik, buruk, yang terlihat glamour, mewah, yang sederhana, yang kalem, yang enerjic, yang ceplas-ceplos, yang sensitif, yang kasar, yang lembut, yang yang lainnya yang pernah ada dan yang pernah kita jumpai.

Seperti tadi itu, sebelum memilih sepatu yang nyaman tadi, jujur saja saya melihat berbagai macam sepatu yang kelihatan lebih indah, lebih cantik, lebih menawan, lebih kelihatan mewah, lebih bling-bling, lebih elegan, lebih keren, dan lebih-lebih lainnya, tapi satu hal yang tidak saya temukan : saya tidak merasa nyaman dan enak dihati, itu !

Bukankah terkadang dalam memilih teman kita juga begitu ? kita boleh saja bertemu berbagai macam orang, ditempat, dan diwaktu kapanpun, tapi dari yang banyak itu, hanya sedikit yang jadi teman, lebih sedikit lagi yang jadi sahabat, artinya ada nuansa selektif disana, saya yakin, kebanyakan kita memilih teman hingga jadi sahabat tentunya orang yang membuat dia nyaman, terlepas seperti apapun kondisi yang seseorang yang dijadikan sahabat itu.

Lihat saja kenyataannya sekarang, dari sekian banyak orang yang kita kenal, hanya sekian kecil yang kita pilih jadi sahabat yang senantiasa menemani perjuangan hidup kita dan kita percayakan mengetahui hal-hal yang tidak kita bicarakan dengan yang selain “sahabat”.

Begitulah, kadang seseorang yang terlihat bling-bling, bergaya mewah, bergaya kuat dsbnya tak juga bisa menjadi indikator yang membuat kita cendrung memilihnya sebagai sahabat yang kita percaya, kadang kita lebih dekat pada yang terlihat sederhana, bersahaja, dan terlepas dari itu,,, yang membuat hati nyaman . bagaimana hati nyaman ?? pelajari saja bagaimana yang diajarkan Rasul kita, ,, “Sebaik-baik sahabat adalah orang yang ketika kamu melihatnya, kamu akan teringat pada Rabb – mu”, Dan salah seorang sahabat Rasul mengatakan ;” Sahabat terbaik adalah orang yang mau bersusah payah demi masalahmu “, . Dan hal yang paling membuat saya merenungi tentang persahabatan yang saya jalin adalah kalimat yang dilontarkan seorang kafir ; “ Belum pernah aku melihat seseorang yang dicintai oleh sahabatnya, sebagaimana mereka ( sahabat Rasul ) mencintai Muhammad “. Ah, bahkan kalimat ini membuat saya bertanya pada diri,, “ Sudahkah keberadaan saya sebagai sahabat bagi orang lain, membuatnya mudah mengingat Allah ketika bersama saya ?”, juga penasaran,, “ APakah saya dicintai dan mencintai sahabat dengan tulus & karena Allah ?? “ * Sungguh sulit dijawab bukan,,,

Ah, memang terkadang hal-hal luar biasa bisa jadi berawal dari sesuatu yang tadinya kelihatan sederhana kan ? termasuk juga bagaimana hal yang sederhana sesungguhnya juga berasal dari kerumitan yang tidak sedikit, Intinya,,, Semua akan jadi pelajaran bagi yang mau berfikir,dan mau merenung sebagai bentuk implementasi pengamalan dari wahyu pertama ;” Iqra’,, Bacalah “ Dan pemaknaan dari hal itu tentu saja sangat luas, memaksimalkan segenap indra untuk membaca keadaan, situasi, dan kesemuanya, agar kita benar2 menjadi hamba yang paham akan kebesaran Rabb nya.

Itulah ceritanya kawan. Mohon maaf jika rada berbelit dan terlilit, sungguh saya sudah berusaha untuk melepaskan lilitannya (?),,,hehe. Dan satu lagi penegasan, judul itu tak seharusnya dimaknai dengan terlalu “logis”, karena ?? Ah, jangan pancing saya promosi disini yak ! hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar