Jumat, 17 Februari 2012

Membeli Impian

Dalam kehidupan, aktivitas membeli adalah sesuatu yang mutlak pernah dilakukan siapapun, kapanpun, dimanapun. Artinya aktivitas ini adalah sebuah kosakata yang “membiasa” dalam kehidupan manusia, begitu bukan ? rasanya nyaris tak ada yang tak pernah melakukan aktivitas membeli sepanjang kehidupannya. Maka kemudian apa yang menjadi “penting” dari sebuah aktivitas yang seolah terlihat “biasa” dan pernah dilakukan siapapun dibelahan bumi manapun ini ???

Sejatinya, setiap kita pastinya punya cerita sendiri, alur kisah hidup sendiri, yang “pastinya” berbeda, dijamin!. Dan disini kita akan sedikit berbagi tentang seorang anak manusia yang juga mencoba merenungi sebuah aktivitas yang bernama “membeli” ini dengan sebuah sudut pandang yang berbeda dan persepsinya pribadi yang ingin ia ramu sesuka hati, namun tentu saja ini bukanlah ramuan “asal-asalan” tanpa landasan & referensi, justru ini adalah teori yang sejatinya lahir dari praktik, artinya adalah ini teori yang teruji secara nyata, begitulah.
Ini cerita tentang seorang gadis yang terus mencari “jati diri”, mencari sebuah jawaban untuk tanya yang ia buat sendiri, yang ia yakin pertanyaan ini adalah sebuah tanya yang harus ia jawab untuk dirinya sendiri, tak mungkin orang lain menjawab untuknya, tak mungkin orang lain lebih mengerti dirinya dibandingkan ia sendiri. Ia tak sependapat dalam hal ini dengan pernyataan “apalah arti sebuah nama”, terlebih itu adalah hal yang kemudian berhasil ia temukan dalam perjalanan pencarian jati dirinya, “Nama adalah sebuah Do’a”, hingga kemudian ia pun tak lagi sependapat apalah arti sebuah nama, intinya kini itu menjadi penting. Dan kalaulah itu menjadi penting untuk diketahui, sebut saja namanya adalah Chloe,, *ini adalah sebuah nama panggilan untuknya, dimana ini adalah nama panggilan seseorang yang penting dalam hidupnya untuknya, ituuuu,, adalah nama tokoh komik detektif wanita yang enerjic dan “talkactive”, begitulah dulu yang dikatakan pemanggilnya, Entahlah, bahkan Chloe sendiri bingung kenapa orang itu bisa memanggilnya begitu, biarlah saja,,,

Ini tentang proses pencarian jatidiri oleh Chloe, namun kemudian sepertinya cerita dan lika-likunya bisa saja terjadi pada orang lain, siapapun disana. Pelan-pelan, kita akan sampai pada titik dimana kenapa menjadi penting bagi Chloe merenung tentang transaksi “membeli” yang dilakukannya. Kini Chloe bukanlah anak kecil lagi, bukan. Ia bukan lagi seorang anak2 yang dulunya begitu sulit dipaksa meninggalkan mainannya, begitu sulit dipanggil dari aktivitas “menjelajahi” hutan dengan para sahabat ciliknya, dan terlebih begitu sulit “merelakan” merubah gayanya yang “tomboy” dan lasak itu, kini ia bukanlah Chloe yang kecil seperti itu lagi. Dan yang paling diingatnya adalah episode masa kecilnya ketika ia akan menangis jika tak melihat ibunya di pintu sekolah TK nya, ia yang menuliskan namanya di dinding sekolah SD nya dengan rutin tiap harinya, bahkan ketika pihak sekolah nya baru saja mengecat ulang sekolah mereka sore kemarinnya, dan pagi esoknya Chloe telah mengukir namanya dengan indah di dinding sekolah dengan bangganya, bahkan kepala sekolah nya pun kewalahan menanggulanginya,,, Ah, kalaulah gurunya tak mencoba memahami “emosi kreatifitas” Chloe kala itu, bisa jadi ia langsung dikeluarkan dari sana, Chloe kecil memang “bandel” dan memendam obsesi terkenal ?? entahlah apa itu iya,,,,

Lalu pelan, namun begitu pasti Chloe terus tumbuh, meski ia tak mengerti, sejatinya ia terus berjalan hingga ternyata ia sadari ia tidaklah kecil lagi. Ia tak lagi bisa mencoret tembok sekolahnya sesukanya seperti ketika SD dulu, karena kini ia paham itu adalah rutinitas “beresiko” , ia tak lagi bisa seenaknya memukul teman wanitanya meski dulu ia melakukannya demi kesetiaan pada kawan dekatnya yang diganggu, tak bisa lagi seperti itu,,, Chloe belajar bahwa ia bukan anak-anak seperti dulu lagi.
Chloe yang terus tumbuh pun sering kali jatuh. Ia pernah terjerembab, jatuh bersama pot bunga yang ia sandung hingga berhamburan, kasian Chloe, hal itu terjadi didepan sekumpulan teman2 SMP nya,, tapi Chloe bilang ia ingat betul tak ada yang menertawakannya, Tahu kenapa ?? banyak santer terdengar wajah Chloe tidaklah “se-ramah” sekarang ini, hahah.

Tentang jatuh tak hanya itu, ia pernah terjatuh hingga terduduk, jatuh terpelekok sendiri, jatuh ketika olahraga, jatuh ditangga, jatuh sepeda, jatuh ketika main karet, dan kejar-kejaran di sekolah maupun rumahnya, dan dari sekian banyak pengalaman jatuh yang dialami Chloe, “jatuh” yang paling berkesan dan membekas serta memberinya perenungan penuh sensasi hingga hikmah adalah jatuh yang normalnya semua manusia rasakan, “jatuh cinta”.
Dari kesemua “ke-jatuh-an” yang dialami, pelan-pelan seiring waktu Chloe tersadarkan dan merenung tentang banyak hal dalam hidupnya. Ia juga mulai memikirkan sesuatu yang terus menjadi dilema sepanjang hidupnya,,, sesuatu yang seolah terus menggerogoti hati dan fikirannya, hingga akhirnya Chloe dihadapkan pada begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan dirinya padanya untuk dijawab, sayangnya kali ini Chloe bahkan tak mungkin menanyakan jawabannya pada orang lain, semisal teman, guru, bahkan orang tuanya sekalipun, ini benar2 sesuatu yang harus Chloe selesaikan dengan dirinya sendiri.

Perjalanan hidup membawanya pada taraf usia “Dewasa”, yang terkadang ia sendiri takjub bagaimana ia bisa melewati masa2 itu begitu cepat ???. Dan terlebih, pertanyaan yang harus ia jawab semakin rumit, ah,,,, memang Chloe itu manusia yang rumit dan sulit dimengerti,, sempat terfikir begitu, tapi bagi Chloe,, ia hanya ingin hidup yang “hebat”, bukan baginya, tapi bagi Rabb nya. Ah Chloe, kenapa kau bisa punya cita2 begitu hm ? Tadinya, Chloe bukanlah orang yang punya fikiran begitu, percayalah. Ia adalah orang yang memandang kehidupan begitu naif, dan hampir nyaris percaya bahwa bagaimana hidup kita berawal, maka berakhirnya pun tak kan jauh dari itu. Sederhananya, ketika ia menyadari dirinya tak begitu “cerdas”, tak begitu “berani”, tak “kaya”, tak tak yang lainnya, maka otomatis akhir dari perjalanan hidupnya pun tak jauh begitu. Lihatlah ! begitu bodoh dan naifnya si Chloe itu kan ????

Hingga Chloe tak pernah menyadari bahwa Tuhannya punya rencana dan skenario lain untuk hidupnya. Tiba-tiba saja Chloe menyadari bahwa pelan-pelan seolah ada yang berubah dari dirinya, sesuatu yang menjadi inti dan pusat sumber perubahan hidupnya, sesuatu yang bernama “mindset”. Entah bagaimana mulanya, tetiba Chloe menyadari dirinya tak lagi sama dengan Chloe yang dulu. Ia tak lagi menjadi *auditor pesimis bagi dirinya yang menilai dunia dan kehidupannya serba biner, hitam putin, 0 dan 1.

Kini Chloe bukanlah orang yang mudah men”judge” sesuatu yang baru dilihatnya tanpa mencoba memahaminya, ia mengingatkan diri bahwa jangan sampai kebodohannya membuat penilaiannya pada sesuatu hal dan orang lain hanya menjadi sebuah penilaian “bodoh” dan tak berlandaskan pada sesuatu yang benar-benar ia pahami. Ia juga tak lagi mudah merengek pada keadaan sulit yang menimpanya, karena kini ia berusaha ramah pada masalah karena baginya, semakin sulit ujian untuknya, artinya Rabb-a sedang melakukan “ujian kenaikan kelas”, dan ia ingin nilai tertinggi dalam ujian itu. Ia juga tak lagi mudah terjatuh, terlebih meski ke”jatuh”an yang paling ber-sensasi sekalipun, dan meski terjatuhpun Chloe sudah belajar banyak cara bangun kembali. Dan inilah yang akhirnya paling membuat Chloe tersungkur dan pontang-panting dalam menghadapinya : Impian. Menjelang kedewasaannya, Chloe baru menyadari bahwa ternyata, apalah artinya manusia yang hidup tanpa impian. Kosa kata itu pernah membuatnya limbung seolah merasa bumi yang ia pijak berputar, retak dan hampir menelannya. Bagaimana tidak, ketika ia tahu impian itu penting, bahkan seolah tanpa impian apalah arti selembar nyawa ini, Ia limbung, bingung, kehilangan arah, dengan sebuah tanya yang teramat besar : APA IMPIANKU ???

Untuk menyadari pentingnya pertanyaan ini, ia sudah cukup “jera” apalagi mencari jawaban, meski ini hanya tanya yang ia jawab untuk dirinya sendiri. Ah, Chloe baru sadar bahwa terkadang lebih sulit menghadapi diri sendiri daripada orang lain. *kau masih perlu belajar banyak Chloe.
Dan Chloe ? Akhirnya ia berhasil “meramu” jawabannya !. kini ia punya jawaban untuk tanya besar itu. Tak banyak yang tahu, Chloe telah melakukan banyak sekali perjalanan, pertapaan(serius Chloe?), terlebih banyak keringat, airmata, remehan, pengucilan, dan sindiran, hingga Chloe tak lagi peduli, karena ia menemukan ramuan khasiat berbahasa jerman yang namanya “Baiarin” *baca dengan khusyuk dan hayati, kitapun akan mengerti maksud Chloe itu. >,< Dan apakah Chloe kemudian mengumbar jawabannya ? ternyata ketika ditanya, ia hanya menjawab, bahwa dari yang ia pelajari selama ini, ia yakin : Strategis dalam rencana2 impian-impian besar kita dihadapan orang lain adalah tindakan bijaksana hingga orang lain mengerti kesungguhan kita untuk mencapainya”, Dan Chloe juga berbagi, Yakinlah,,, “ketika kita bertekad dan mendeklarasika diri bahwa sejatinya, kesuksesan kita meraih impian besar penting bagi kebesaran dan manfaat hidup orang lain, maka seluruh potensi termasuk orang lain akan senang berkontribusi dalam proses penyuksesan pencapaian impian kita “, Chloe bukan belajar dari sembarang orang,,, ia jatuh bangun berusaha mencari teladan terbaik hingga ia belajar mencintai Rasulnya, the best people in the world.

Lalu mana pula renungannya dengan membeli ?, kata Chloe, ternyata kosa kata “IMPIAN” itu MAHAL !, bukan sekali, tapi ber kali-kali !. kalau beli nasi dan ikan asin tinggal membeli dengan mata uang rupiah, Impian tak terima rupiah saja, masih jauh dari jangkauan. Dan naif sekali barang siapa yang mengira “membeli impian” itu cukup dengan harga yang “murah” dan seadanya, terlebih merengek minta diskon dan negosiasi agar “murah”, TAK ADA IMPIAN BESAR YANG MURAH Chloe, INGAT ITU BAIK-BAIK !

Hingga setelah semua hal yang dilalui Chloe selama ini menempa mental, hati, fikiran dan sikapnya, Chloe banyak berubah, banyak sekali! Dan baginya tak penting menjelaskan dengan lisan tentang perubahannya, biarlah dunia yang kemudian menyadarinya, “ternyata Chloe yang kini bukanlah Chloe yang dulu ! “. Kini ia adalah Chloe yang lebih optimis, mencoba terus berfikir positif, dan ceria, dan tahu ? ia jadi lebih “cerdas” bercanda sekarang ! haha Ini diantaranya : “Pernah seorang teman wanitanya bertanya : Chloe, kenapa tidak pacaran ? , tau jawaban Chloe ? dengan polosnya Chloe menjawab : “ Karena tidak pernah ada yang mengajaknya ! “ hahah. Dan tahu jawaban balasan temannya itu ? “ Masak! Wong orang yang jelek aja banyak pacarnya? Masak,,,,” …. Chloe tertawa,,,

Bisa jadi orang lain tak paham apa yang Chloe fikirkan saat itu. Dan bisa saja ada yang salah paham akan jawaban Chloe itu, namun kata Chloe ; “ Yang lebih penting dari menjawab sebuah pertanyaan terkadang adalah mengetahui alasan mengapa orang bertanya begitu ! “ itu baru juga dipelajarinya. Perhatikan kalimat ini :“Lebih hebat orang yang memilih tidak melakukan maksiat padahal punya kesempatan untuk itu, daripada orang yang tidak melakukan maksiat karena memang tidak punya kesempatan”. Kenapa ? karena jika punya kesempatan, berarti memilih yang baik adalah pilihannya berdasarkan hati & fikiran yang tentu saja ada “sesuatu” disana, terlebih lagi bukankah Chloe ingin menjalin cinta yang sesungguhnya dengan Rabb-a dengan meneladani insan kecintaan Rabb-a yang tak lain adalah Rasulnya yang hebat itu ?.

Pertanyaan yang dilontarkan teman Chloe tadi itu sejatinya bukan asal dijawab oleh Chloe, ia paham siapa yang sedang bertanya dan untuk apa, karena memang setelah itu Chloe berdialog serius tentang itu. Tentu saja itu adalah jawaban spontan yang ia lontarkan untuk “mencairkan” suasana dengan temannya. Itu adalah pilihan & bagian dari prinsip atas keyakinan akan kebenaran yang dipegangnya. Itulah kenapanya. Itu pilihan, tentu saja pernah ada pilihan itu, terlebih Chloe bukanlah gadis yang jelek ! { Bukankah kita sepakat bahwa semua wanita itu cantik ? terlebih cantik itu relatif kawan !}, lagipun wanita cantik itu memang wajar, kalau wanita ganteng, itu baru NGERI ! dan lagi, itu adalah pujian yang tidak wajar dan menggelikan, coba saja tes katakan pada seorang teman wanita kita : Wahhh,, kamu terlihat beda hari ini, lebih GANTENG dari biasanya, kalau dijitak, itu bukan salah Chloe,, candanya, haha. Dan terakhir tentang “Membeli Impian” itu, Chloe yang menyadari bahwa impian tak mau dan tak bisa dibeli dengan harga dan nilai tukar murah pun sedang rajin2nya dan giat2nya mengumpulkan mata uang untuk menukar “Impian”, dan berdasarkan hasil belajarnya ia sadar, bahwa Impian hanya mau menerima dan dibeli dengan : “ tekad, kerja keras, semangat, tak ada kamus putus asa, dan yang terpenting adalah keyakinan pada Allah, meneladani Rasul nya, dan jangan pernah berhenti berjuang”, Ingat ; Impian itu mahal dalam merealisasikannya, dan lagi “membeli impian” tak bisa dengan harga murah kawan.

Dan Chloe sekarang ini ?? Jangan diganggu, dia sedang mengumpulkan nilai tukar untuk membeli impiannya yang sangat mahal itu !, katanya, nanti ia baru kembali ketika dia berhasil membeli mimpinya dan bercerita pada dunia : “ Lihatlah, Aku berhasil Membeli Mimpi ku “, Mohon dukungannya untuk Chloe itu ya sobat. /^____^\.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar